Mengenal Jero Mangku Budhi Dharma Panji, Pemangku Asal Australia


Bicara agama atau kepercayaan, tak bisa dilepaskan dari rasa dan keyakinan seseorang terhadap agama atau kepercayaannya. Nah, ini pula yang membuat sosok Ian Fiddes, warga Australia yang tak hanya menjadi Hindu Dharma, namun pemangku bernama Mangku Budhi Dhanna Panji.


IAN FIDDES adalah seorang Austrnlia tulen, dengan ciri bule pada mnumnyn. Seperti kulit pulih, berambut pirang, serta bertubuh jangkung. Pria kelahiran Melbourne 21 Februari 1957, ini dulunya (dikenal sebagai seorang ahli teknologi informasi. Mempermak laptop dan barang elektronik yang rusak lainnya tak sulit baginya. Kini, keseharian dan kebiasaannya sudah berbeda. Panggilannya bukan mister seperti para bule lainnya yang datang ke Bali.

Tapi, Jero Mangku. Apa sebab, ini temu tak lepas dari statusnya kini yang sudah krama Bali, dengan Hindu Dharma yang melekat pada dirinya. Tak hanya itu. Pria yang menginjakkan kakinya di Bali 20 tahun silam ini, juga sudah menjadi pemangku yang bernama Mangku Budhi Dharma Panji, yang dia lakoni sejak beberapa tahun silam. Ditemui beberapa waktu lalu, pemangku yang di Bali tinggal bersama istrinya Lyme lliddes dan dikenal dengan nama Jero Mangku Istri Wulandari menceritakan. semasa kecil dirinya mengakui penasaran dengan beragam agama dan keyakinan di muka bumi ini.

Dikatakannya. pada dasamya semua agama itu memiliki konsep kasih sayang, dharma, dan kebaikan lainnya. tujuannya pun sama, yakni mendekatkan diri dengan Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Namun ego penganutnya yang kerap kali merusak nilai luhur agama tersebut.Nah, pengetahuannya dengan Hindu Dharma Bali, dia akui sebenarnya jauh sebelum dirinya menginjakkan kakinya dl Bali.

Pasalnya bertahun- tahun sebelumnya. dia pun sudah menjadi salah satu murid dari Ratu Agung Baim Kumara Panji Pandita asal Buleleng. Dan. atas petunjuk gurunya itu, dia pun menginjakkan kakinya di Bali 1993. “Sebenarnya sebelum ke Bali, saya sudah menganut Siwa- Budha-Budha Ramayana. tapi, di Bali saya tak hanya merasakan Siwa atau Bhuda, namun komplit Siwa-Budha.” katanya ditemani sementon-nya yang asli Bali, Dewa Gerit. Melalui saudara sekaligus penerjemahnya. itu Mangku

Budhi saat menginjakkan kakinya di Bali, langsung (diantar gurunya bersembah yang ke sejumlah pura dl Bali. lstilah dari Pura Ketipat (di Buleleng, P Merajan Panji, Pura Pen- imbangan, hingga Pura Dalem dilantik di Bone, Gianyar serta beberapa pura lainnya. Ahh, saat ltulah dia pun merasakan aura berbeda di tiap pura saat dia bersembahyang. Dia pun merasakan sesuatu yang dia pun sulit mengartikannya, yakni kekuatan besar dari Ida Hyang Widhi Wasa.

Tidak hanya itu, datang ke Bali pun seperti pulang ke rumahnya sendiri. ”Ampura . saya bukan siapa-siapa. Saya adalah saya, Saya bilang diri saya paling tinggi, tidak. Saya bilang yang lain lebih rendah, juga tidak. Semua yang kita lakukan pasti ada yang salah. Kita semua selalu belajar. sampai kapan pun saya ini masih belajar,” sambungnya, yang tak henti-hentinya mengucapkan kata maaf. Sambil sesekali menjelaskan dengan bahasa Bali halus, Bahasa Indonesia, namun lebih banyak Bahasa Inggris, Jero Mangku Budhi mengungkapkan, pada awalnya dia memang selalu berusaha menghindar saat diminta menjadi pemangku.

Selain hanya ingin lebih memahami Hindu Dharma,sekaligus belajar lebih dalam lagi. Perbedaan dari sisi fisik dengan masyarakat Bali, seperti statusnya yang bule dan berkulit putih, juga menjadi hal yang tak mungkin baginya. Selain itu, kala itu dia pun tak bisa menghafalkan mantra-Iraman.

Namun, upayanya untuk terus menghindar malah membuatnya sakit dan sudah divonis dokter tinggal menunggu waktu untuk meninggal dunia. mulai dari sakit pnunmonia, jantung, hingga orangtuanya yang berada di Australia juga meninggal dunia.
“Setelah beberapa kali mewinten, saya pun akhirmya menjadi pemangku. Meski sampai sekarang masih harus belajar dan belajar lagi. Langkah itupun tak mudah. Sebab saya juga harus memulai semua tahapan layaknya masyarakat Hindu Dharma, mulai dari sejak lahir,” sambungnya. Pemangku yang melangsungkan pernikahan di Gria Klod Sukasada. Buleleng. ini menuturkan, dia pun tak mau menjadi pemangku. jika masih menyimpan ego.

Bagi dia, jadi pemangku itu melayani Tuhan, dan juga masyarakat. baik yang memang warga Bali yang menetap di sana, hingga warga setempat yang sudah menganut Hindu dharma Bali. Apalagi di Australia juga kini sudah ada penganut Budha-Siswa, seperti yang dia anut saat ini. ’terkait dengan aktifitasnya yang kerap melaksanakan Dharma Wacana, termasuk kepada para wisatawan yang berkunjung ke Bali, pada dasarnya, apa yang dia lakukan itu bertujuan memberikan pengertian bagi wisatawan tersebut, tentang Hindu Dharma Wacana.

Karena banyak wisatawan yang tidak mengerti Hindu Dharma itu seperti apa. ”Saya ini bukan pandita, tapi saya berusaha memberikan pengertian dan pemahaman sebatas yang saya mengerti, seperti yang mereka minta. Mungkin ini yang bisa saya lakukan, artinya menjembatani wisatawan itu tentang budaya Bali. Sehingga mereka itu tak hanya sekadar liburan ke Bali, atau membawa pengaruh barat,” terangnya. tapi saya tegaskan juga, jembatan itu sebenarnya sudah ada.

Tapi jika memang wisatawan meminta dan ingin mengetahui, saya pasti siap untuk membantu,” tambahnya. Terkait dengan kegiatan dharma wacana yang sering dilakukan, memang cukup banyak mengudang pertanyaan dari parawisatawan mulai dari banyaknya upacara yang dilaksanakan umat Hindu Dhanna, hingga yang lainnya termasuk hal- hal yang sifatnya mendalam. ”Respons mereka memang tinggi mereka ingin mengetahui lebih dalam. Temasuk bertanya kepada saya, kemana atau kepada siapa mereka harus belajar,”pungkasnya. (radar)

Sumber : http://www.beritabaliterkini.com/sosial/mengenal-jero-mangku-budhi-dharma-panji-pemangku-asal-australia.html

0 comments:

Post a Comment