Tumpek Landep, Hari Teknologi ala Bali.


Sabtu, Saniscara Kliwon Wuku Lnadep, umat Hindu di Bali merayakan hari Tumpek Landep. Pada hari ini, segala jenis benda yang tajam seperti keris dan senjata pusaka lainnya diberikan upacara khusus. Selain itu, berbagai jenis alat produksi atau aset pribadi seperti mesin maupun kendaraan bermotor pun ikut diupacarai. Namun, makna hakiki Tumpek Landep yakni mencapai landeping idep (ketajaman kesadaran diri) belum sampai ditangkap.


Tumpek Landep dirayakan saban Saniscara Kliwon Wuku Landep. Tumpek Landep menjadi hari raya tumpek yang pertama dalam satu siklus pawukon.

Secara konsepsi, menurut Dra. NI Made Sri Arwati dalam buku Hari Raya Tumpek (Upada Sastra, 2003) yang dipuja pada hari Tumpek Landep adalah Sanghyang Pasupati. Selain itu, Tumpek Landep juga sebagai pujawali Batara Siwa yang berfungsi melebur atau mamralina.

“Tumpek Landep merupakan hari peringatan untuk memohon keselamatan ke hadapan Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewa Senjata atau peralatan yang dibuat dari besi, logam, perak, emas dan sejenisnya yang dipergunakan oleh manusia dalam kehidupannya,” jelas Arwati.

Pengharapannya tentu saja agar segala benda yang telah sangat membantu aktivitas manusia itu kian diberkahi sehingga tetap memberikan tuah, tetap memberikan manfaat bagi kerahayuan umat manusia dan dunia. Di sini juga tersirat adanya ungkapan terima kasih manusia Bali terhadap berbagai jenis benda atau alat-alat produksi tersebut.

Beginilah memang cara tradisional manusia Bali menghargai keberadaan teknologi. Kendati pun secara fisik yang tampak adalah pemberian sesaji kepada senjata pusaka atau alat-alat produksi, secara esensi sejatinya sebagai pernyataan syukur dan penghargaan karena segala teknologi itu telah membantu manusia dalam menjalani hidup dan penghidupannya.

Tetua-tetua Bali Iloe tampaknya amat menyadari betapa pentingnya peranan teknologi. Teknologi yang membuat manusia bisa menaklukkan berbagai kesulitan-kesulitan dalam hidup. Teknologi pula yang menempatkan manusia meningkatkan taraf kehidupannya.

Bila makna ini yang ditangkap, semestinya manusia Bali tidak hanya berhenti dengan ritual pengharapan agar segala senjata bertambah tajam atau alat-alat produksi tetap memberikan manfaat. Akan tetapi, mesti secara kreatif pula mengejar pencapaian-pencapaian teknologi yang bisa membantu manusia Bali sendiri meraih kesejahteraan hidupnya.

Itu berarti manusia Bali mesti mengedepankan logika, olah pikir. Pesan ini pula yang disiratkan dari perayaan hari Tumpek Landep. Agar manusia tiada henti mengasah ketajaman pikirannya sehingga tercapai kecemerlangan budi.

Menurut Drs. IB Putu Sudarsana, MBA., M.M., dalam buku Ajaran Agama Hindu: Acara Agama (Yayasan Dharma Acarya, 2003) kata landep berarti ‘tajam’ atau ‘ketajaman’. Dengan demikian hari suci Tumpek Landep adalah peringatan turunnya manfestasi Sanghyang Widhi Wasa ke duania dengan prabawa Sanghyang Pasupati untuk menganugerahgkan intelegensia (IQ) kepada semua makhluk di dunia.

Barangkali karena itulah Tumpek Landep jatuh dua pekan setelah hari suci Saraswati yang dimaknai sebagai hari pemuliaan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan membuat manusia bisa mencapai kecerdasan, ketajaman logika juga kebijaksanaan.

Sumber : http://www.balisaja.com/2013/08/tumpek-landep-hari-teknologi-ala-bali.html